BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Prevalensi
penyakit pulpa di Indonesia masih dapat dikategorikan tinggi. Profil Data
Kesehatan Indonesia tahun 2011 mencatat penyakit pulpa dan periapeks terdapat
pada urutan ke 7 penyakit rawat jalan di Indonesia pada data tahun 2010. Namun,
masih belum ada data lengkap
mengenai distribusi penyakit pulpa. Penyebab penyakit pulpa paling utama adalah karies yang disebabkan oleh bakteri. Karies masih merupakan penyebab utama dari kerusakan gigi. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi karies di Indonesia berkisar 90,05% menunjukkan tingginya angka penyakit tersebut. Apabila karies tidak dirawat pada email dan denitn gigi, maka bakteri dapat berlanjut ke pulpa. Namun, kelainan pulpa tidak hanya disebabkan oleh karies tetapi juga dapat disebabkan oleh trauma, panas, dan kimia.6 Trauma dapat berasal dari benturan benda keras, panas dapat berasal dari saat preparasi kavitas, dan kimia dapat berasal dari bahan material pengisi saluran akar. Untuk memudahkan pengambilan data, menurut I
mengenai distribusi penyakit pulpa. Penyebab penyakit pulpa paling utama adalah karies yang disebabkan oleh bakteri. Karies masih merupakan penyebab utama dari kerusakan gigi. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi karies di Indonesia berkisar 90,05% menunjukkan tingginya angka penyakit tersebut. Apabila karies tidak dirawat pada email dan denitn gigi, maka bakteri dapat berlanjut ke pulpa. Namun, kelainan pulpa tidak hanya disebabkan oleh karies tetapi juga dapat disebabkan oleh trauma, panas, dan kimia.6 Trauma dapat berasal dari benturan benda keras, panas dapat berasal dari saat preparasi kavitas, dan kimia dapat berasal dari bahan material pengisi saluran akar. Untuk memudahkan pengambilan data, menurut I
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) prevalensi nasional masalah gigi dan mulut pada tahun 2007 sebesar 23,7 % dan meningkat pada tahun 2013 yaitu 25,9 %. Penyebab tingginya penyakit gigi dan mulut di Indonesia berkaitan dengan rendahnya kesadaran untuk melakukan perawatan dan mempertahankan gigi, didukung dengan rendahnya kebersihan rongga mulut yang menjadi awal penyebab penyakit gigi dan mulut (Departemen Kesehatan, 2008). Karies merupakan penyakit yang sering terjadi pada masyarakat modern, dipengaruhi oleh gaya hidup (Kidd, dkk., 1991).
Karies adalah suatu penyakit
jaringan keras gigi disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang
memfermentasikan karbohidrat sehingga terbentuk asam dan menurunkan pH,
akibatnya terjadi demineralisasi jaringan keras gigi (Kidd dkk., 1991). Karies
gigi terbentuk dari interaksi timbal balik dari empat factor yaitu permukaan
gigi yang rentan (host) dan saliva, mikroorganisme tertentu (bakteri),
fermentasi karbohidrat (subtrat) serta waktu (DeBiase, 1991). Menurut Sodang
dan Hamada (2008), faktor sosial ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan,
geografis, dan perilaku terhadap kesehatan gigi dapat mempengaruhi keparahan
terjadinya karies.
Karies gigi yang tidak dirawat dapat
berkembang mencapai bagian pulpa mengakibatkan peradangan pada pulpa, apabila
proses perdangan berlanjut tanpa perawatan dapat berkembang menjadi nekrosis
pulpa. Nekrosis pulpa adalah suatu perubahan morfologis yang menunjukkan
kematian sel pada jaringan pulpa (Dorland, 1998). Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi,
pada umumnya disebabkan oleh keadaan pulpitis irreversibel tanpa penanganan
(Soames dan Southam, 1998). Penyebab penyakit pulpa menurut Wein (1996) dan
Ingle, dkk., (2010) yaitu bakteri, traumatik, iatorgenic, idiopatic, dan
kimiawi.
Nekrosis pulpa jika dibiarkan tanpa
perawatan akan berkembang menjadi gangren dan mengakibatkan kerusakan jaringan
periapikal (Cohen dan Hargreaves, 2006). Kuman akan masuk dan mengadakan
pembusukan pada pulpa yang terbuka, sehingga membentuk gangren pulpa. Infeksi
ini meluas dan mengenai selaput periodontium menyebabkan periodontitis serta
iritasi. Pus akan terbentuk sebagai hasil dari iritasi yang berlangsung lama
tanpa perawatan dan pengobatan. Kumpulan pus yang terlokalisasi disebut dengan
abses. Abses periodontal ini kemudian dapat meluas dan mencapai tulang alveolar
menyebabkan abses alveolar (Cohen dan Burns, 2002).
Rencana perawatan gigi nekrosis
pulpa yaitu dengan perawatan saluran akar atau pencabutan (Walton dan
Torabinejad, 2003). Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi
dari tulang alveolar (Pedersen, 1996). Pencabutan gigi nekrosis pulpa dilakukan
apabila perawatan endodontik tidak bisa dilakukan karena saluran akar yang
susah dipreparasi, terjadi kalsifikasi dan tidak dapat dilakukan perawatan
sesuai dengan standar teknik endodontik, serta pasien yang tidak bersedia untuk
dilakukan perawatan saluran akar sehingga harus dilakukan pencabutan (Peterson,
2003). Menurut Ngangi dkk (2012), kasus pencabutan gigi nekrosis pulpa
mempunyai frekuensi paling tinggi yaitu sebesar 56,65%. Hasil penelitian Novi
(2004) juga menyebutkan nekrosis pulpa merupakan penyebab pencabutan tertinggi
yaitu sebesar 86,7 %.
Tingginya persentase pencabutan gigi
nekrosis pulpa disebabkan oleh rendahnya kesadaran untuk merawat kesehatan
gigi. Menurut penelitian Nasreen dan Haq (2011) dari 64,5% responden yang
menderita karies gigi hanya 6,4% yang melakukan penumpatan gigi dan 52,7%
responden melakukan pencabutan gigi. Data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat
lebih memilih pencabutan sebagai perawatan giginya dari pada melakukan
perawatatan untuk mempertahankan giginya. Keadaan ini dapat disebabkan karena
kurangnya kesadaran untuk mempertahankan gigi. Gigi molar satu permanen
merupakan gigi yang sering mengalami karies dan berakhir dengan pencabutan
(Poha, dkk., 2013).
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian gangren pulpa?
2.
Bagaimana gejala klinik gangrene pulpa?
3.
Bagaimana etiologi gangren pada pulpa?
4.
Bagaimana patogenesis pada gangren
pulpa?
5.
Bagaimana manifestasi klinis pada
gangren pulpa?
6.
Bagaimana diagnosis pada gangren pulpa?
7.
Bagaimana penatalaksanaan pada gangren
pulpa?
8.
Bagaimana pencegahan gangren pulpa?
C. Tujuan
1. Agar
pembaca mengetahui pengertian gangren pulpa.
2. Agar
pembaca mengetahui gejala klinik gangrene pulpa.
3. Agar
pembaca mengetahui etiologi pada gangren pulpa.
4. Agar
pembaca mengetahui patogenesis pada gangren pulpa.
5. Agar
pembaca mengetahui manifestasi klinis pada gangren pulpa.
6. Agar
pembaca mengetahui diagnosis pada gangren pulpa.
7. Agar
pembaca mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada gangren pulpa.
8.
Agar pembaca mengetahui pencegahan
gangren pulpa.
A. Pengertian Gangren Pulpa
Gangren pulpa adalah kematian jaringan pulpa
sebagian atau seluruhnya, bisa disebabkan oleh 2 hal yaitu trauma (benturan)
atau karies (lubang gigi) yang menjalar. Gigi terdiri dari tiga lapisan, yaitu
email, dentin dan pulpa. Email adalah lapisan paling luar dan paling keras.
Dentin adalah lapisan setelah email, lebih lunak daripada email. Pulpa adalah
lapisan paling dalam dari gigi yang mengandung serabut syaraf dan pembuluh
darah. Lubang gigi di lapisan email tidak menyebabkan timbulnya rasa sakit.
Seringkali karies email (karies superficialis) ini tidak disadari oleh
penderitanya, terutama jika menyerang gigi bagian belakang. Akibatnya lubang
gigi ini akan menjalar ke lapisan dentin. Salah satu ciri karies dentin, jika
ada makanan masuk ke lubang gigi tersebut atau rangsangan panas dingin, akan
terasa sakit berdenyut dan akan hilang jika makanan atau rangsang panas dingin
yang ada di lubang gigi dihilangkan. Pada tahapan ini sudah disadari jika
terdapat lubang pada gigi hanya karena keluhan sakit bisa dihilangkan dengan
cara mengeliminasi penyebabnya maka karies dentin terkadang belum membuat
penderitanya berobat ke dokter gigi. Dan akhirnya lubang gigi akan menjalar ke
lapisan yang paling dalam yaitu pulpa gigi. Lubang pada pulpa gigi akan
menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang hebat dan jika berlanjut maka akan
terjadi gangren pulpa. Jaringan pulpa sudah mati sebagai sistem pertahanan
pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan yang masuk serta menjadi sarang
perkembangbiakan bakteri. Gigi yang sudah gangren menunjukkan ciri-ciri fisik
berwarna keabu-abuan. Dan jika dilakukan test penciuman (odor test) pada gigi
tersebut, akan menimbulkan bau busuk yang khas (bau busuk gas gangren). Test
penciuman dilakukan dengan jalan memasukkan kapas kecil ke dalam lubang gigi yang
gangren, lalu didekatkan pada hidung.
Gangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah
mati sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan
sehingga jumlah sel
pulpa
yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa.
Sel-sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen sel-sel
sebagian besar pulpa yang masih hidup. Proses terjadinya gangrene pulpa diawali
oleh proses karies. Karies dentis adalah suatu penghancuran struktur gigi
(email, dentin dan cementum) oleh aktivitas sel jasad renik (mikro-organisme)
dalam dental plak. Jadi proses karies hanya dapat terbentuk apabila terdapat 4
faktor yang saling tumpang tindih. Adapun faktor-faktor tersebut adalah
bakteri, karbohidrat makanan, kerentanan permukaan gigi serta waktu. Perjalanan
gangrene pulpa dimulai dengan adanya karies yang mengenai email (karies
superfisialis), dimana terdapat lubang dangkal, tidak lebih dari 1mm.
selanjutnya proses berlanjut menjadi karies pada dentin (karies media) yang
disertai dengan rasa nyeri yang spontan pada saat pulpa terangsang oleh suhu
dingin atau makanan yang manis dan segera hilang jika rangsangan dihilangkan.
Karies dentin kemudian berlanjut menjadi karies pada pulpa yang didiagnosa
sebagai pulpitis. Pada pulpitis terdapat lubang lebih dari 1mm. pada pulpitis
terjadi peradangan kamar pulpa yang berisi saraf, pembuluh darah, dan pempuluh
limfe, sehingga timbul rasa nyeri yang hebat, jika proses karies berlanjut dan
mencapai bagian yang lebih dalam (karies profunda). Maka akan menyebabkan
terjadinya gangrene pulpa yang ditandai dengan perubahan warna gigi terlihat
berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada lubang perforasi tersebut
tercium bau busuk akibat dari proses pembusukan dari toksin kuman.
B. Gejala Klinik
Gejala yang didapat dari gangren pulpa bisa terjadi tanpa
keluhan sakit, dalam keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi, di mana
gigi terlihat berwarna kecoklatan atau keabu- abuan. Pada gangrene pulpa dapat
disebut juga gigi non vital di mana pada gigi tersebut sudah tidak memberikan
reaksi pada cavita tes (tes dengan panas atau dingin) dan pada lubang perforasi
tercium bau busuk, gigi tersebut baru akan memberikan rasa sakit apabila
penderita minum atau makan benda yang panas yang menyebabkan pemuaian gas dalam
rongga pulpa tersebut yang menekan ujung saraf akar gigi sebelahnya yang masih vital.
C. Etiologi
Etiologi dari gangren pulpa pada dasarnya dimulai oleh
terjadinya karies, sedangkan karies gigi disebabkan oleh 4 faktor/komponen yang
saling berinteraksi yaitu:
a)
Komponen
dari gigi dan air ludah (saliva) yang meliputi : Komposisi gigi, morphologi
gigi, posisi gigi, Ph Saliva, Kuantitas saliva, kekentalan saliva.
b)
Komponen
mikroorganisme yang ada dalam mulut yang mampu menghasilkan asam melalui
peragian yaitu ; Streptococcus, Laktobasillus, staphilococus.
c)
Komponen
makanan, yang sangat berperan adalah makanan yang mengandung karbohidrat
misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan
membentuk asam.
d)
Komponen
waktu
D. Patogenesis
Bagan Patifisiologi terjadinya
gangrene pulpa :
® Bakteri + karbihidrat makanan + Kerentanan permukaan gigi +
waktu
(Saling tumpang tindih)
(Saling tumpang tindih)
® Karies superfisialis
® Karies Media
® Karies Profunda
® Radang pada pulpa (Pulpitis)
® Pembusukan jaringan pulpa (ditemukan gas-gas indol, skatol,
putresin)
® Bau Mulut
® Keluar Gas H2S, NH3
® Gigi non vital (gangrene pulpa)
E. Manifestasi
Klinis
Gejala
yang didapat dari pulpa yang gangrene bisa terjadi tanpa keluhan sakit, dalam
keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi, dimana gigi terlihat berwarna
kecoklatan atau keabu-abuan Pada gangrene pulpa dapat disebut juga gigi non
vital dimana pada gigi tersebut sudah tidak memberikan reaksi pada cavity test
(tes dengan panas atau dingin) dan pada lubang perforasi tercium bau busuk,
gigi tersebut baru akan memberikan rasa sakit apabila penderita minum atau
makan benda yang panas yang menyebabkan pemuaian gas dalam rongga pulpa
tersebut yang menekan ujung saraf akar gigi sebelahnya yang masih vital.
Data Kunjungan Pasien
di Puskesmas Karuwisi 2019
Bulan
|
Diagnosa
|
|||||
GP
|
Persistensi
|
Karies
|
Gingivitis
|
Stomatitis
|
GR
|
|
Januari
|
60
|
17
|
19
|
12
|
2
|
20
|
Februari
|
174
|
16
|
50
|
8
|
1
|
15
|
Maret
|
101
|
12
|
23
|
15
|
3
|
11
|
April
|
86
|
13
|
13
|
20
|
1
|
9
|
Mei
|
80
|
20
|
25
|
9
|
0
|
19
|
Juni
|
95
|
14
|
23
|
14
|
1
|
25
|
Juli
|
94
|
16
|
31
|
10
|
1
|
17
|
Agustus
|
65
|
11
|
26
|
7
|
1
|
8
|
September
|
95
|
14
|
23
|
14
|
1
|
10
|
F.
Diagnosis
Diagnosis
ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan objektif (extra oral dan intra
oral). Berdasarkan pemeriksaan klinis, secara objektif didapatkan :
·
Karies
profunda (+)
·
Pemeriksaan
sonde (-)
·
Dengan
menggunakan sonde mulut, lalu ditusukkan beberapa kali kedalam karies, hasilnya
(-). Pasien tidak merasakan sakit
·
Pemeriksaan
perkusi (-) Dengan menggunakan ujung sonde mulut yang bulat, diketuk-ketuk
kedalam gigi yang sakit, hasilnya (-). pasien tidak merasakan sakit
·
Reaksi panas/dingin (-)
·
Pemeriksaan panas/dingin (-)
Rangsang dihentikan, nyeri hilang artinya pulpa
sehat. Pulpa dipertahankan dengan mencabut bagian gigi yang membusuk dan
menambalnya. Jika nyeri tetap, meskipun rangsang nyeri sudah dihilangkan atau
jika nyeri timbul secara spontan, maka pulpa tidak dapaty dipertahankan.
a) Pemeriksaan penciuman
Dengan menggunakan pinset, ambil kapas lalu sentuhkan pada
gigi yang sakit kemudian cium kapasnya, hasilnya (+) akan tercium bau busuk
dari mulut pasien
b)
Penguji
Pulpa Elektrik
Alat ini
digunakan untuk menunjukkan apakah pulpa masih hidup, bukan untuk menentukan
apakah pulpa masih sehat, jika penderita merasakan aliran listrik pada giginya,
berarti pulpa masih hidup.
c) Pemeriksaan foto rontgen
Terlihat suatu karies yang besar dan dalam, dan terlihat
juga rongga pulpa yang telah terbuka dan jaringan periodontium memperlihatkan
penebalan.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksaan
gangren pulpa di Puskesmas Karuwisi pada saat pasien pertama kali datang
dilakukan anamnesa dan pemeriksaan subjektif dan objektif. Setelah dilakukan
pemeriksaan, gigi yang di diagnosa gangren pulpa dilakukan open bur untuk
membuka dan membersihkan kavitas. Setelah itu diberikan obat sterilisasi
saluran akar yaitu tkf dan di tumpat sementara tanpa diberikan medikasi oral.
Satu minggu kemudian atau kunjungan kedua, tumpatan sementara di lepas dan obat
sterilisasi diganti dengan chkm. Satu minggu setelah kunjungan kedua dan pasien
tidak ada keluhan tumpatan sementara masih baik, maka dilakukan pengisian
saluran akar dengan menggunakan bahan calxyl dan diberi basis zink fosfat.
Bahan yang lebih sering digunakan di Puskesmas Karuwisi adalah chkm dan tkf,
sedangakan bahan yang paling jarang dipakai adalah cresophen. Hal ini
dikarenakan harga dari bahan sterilisasi tersebut lebih murah dibandingkan
cresophen. Apabila pasien, datang dengan kondisi pulpa sudah terbuka dan dalam
keadaan sakit maka di beri eugenol dan ditumpat sementara serta diberikan
medikasi oral. Medikasi oral yang biasanya diberikan adalah amoksisilin dan
asam mefenamat. Alasan pemilihan amoksisilin adalah efek samping yang dimiliki
lebih kecil dan memiliki spektrum luas. Sedangkan untuk anti nyerinya dipilih
asam mefenamat karena harga lebih terjangkau dan dijual bebas.
H. Pencegahan
Environment
1.
Sosial-ekonomi
Anak dari keluarga
dengan tingkat sosial ekonomi rendah karies gigi > anak dengan sosial
ekonomi tinggi.
2. Pendidikan
Kurangnya
pengetahuan tentang karies gigi
3.
Fisik (letak geografis)
Perbedaan lama dan intensitas cahaya matahari,
suhu, cuaca, air, keadaan tanah dan jarak dari laut. Telah dibuktikan bahwa
kandungan fluor sekitar 1 ppm air akan berpengaruh terhadap penurunan karies.
Agent
1.
Nutrisi
Mengkonsumsi
karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami karies gigi daripada lemak dan
protein
2.
Mikrooganisme
Bakteri Streptococus
mutan, Streptococus sanguis, Streptococus mins, Streptococus salivarius,
Lactobacillus dan beberapa Actinomyces
Pencegahan pendidikan
1.
Nutrisi: jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
glukosa tinggi.
2.
Mikroorganisme: teratur dalam menyikat gigi secara rutin dan
memeriksakan gigi ke poli gigi
3.
Menjaga oral hygyne agar tetap bersih
4.
Melakukan penambalan pada gigi yang terkena karies
5.
Melakukan promosi kesehatan tentang gigi berlubang (karies)
Host
-
Gigi
-
Saliva
-
Masyarakat
Pencegahan fisik (letak georafis)
· Sikat gigi secara
pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur sedini mungkin (ketika gigi
tumbuh)
· Rutin ke pelayanan
kesehatan (poli gigi)
· Menjaga oral hygyne
agar tetap bersih
· Melakukan penambalan
pada gigi yang terkena karies
· Melakukan promosi
kesehatan tentang gigi berlubang (karies)
PENUTUP
A -
Kesimpulan
Gangren
pulpa adalah Kematian jaringan pulpa sebagian atau seluruhnya sebagai
kelanjutan proses karies atau trauma. Penyebab dari kematian jaringan pulpa
dengan atau tanpa kehancuran jaringan pulpa. Gambaran Klinis diantaranya tidak
ada simtom sakit dan tanda klinis yang sering ditemui adalah jaringan pulpa
mati, lisis dan berbau busuk. Periodontitis merupakan komplikasi dari karies
profunda non vitalis atau gangrene pulpa, dimana pada pemeriksaan klinis
ditemukan gigi non vital, sondase (-), dan perkusi (+).
B - Saran
Demikianlah
yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada. Saya banyak berharap
para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna, bagi saya khususnya dan
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Gangren pulpa
akut.www.medicastore.com. Diakses tanggal 20 Desember 2010.
Karies gigi.http//medicascore.com.
[Diakses 21 Desember 2010]
Departemen
Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas
Baum,
Lloyd. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi / Baum Philips Lund; alih bahasa,
Rasinta Tarigan; editor, Lilian Yuwono. - Ed. 3. Jakarta: EGC.
Tarigan,
Rasinta, drg. 1994. Perawatan Pulpa Gigi. Jakarta: Widya Medika
Kidd,
Edwina A.M dan Bechal. 1987. Dasar-Dasar Karies, Penyakit dan
Penanggulangannya. Terjemahan oleh: Narlan S dan Safrida F. 1991. Jakarta: EGC.
Grossman
L, Oliet S dan Rio. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar